REVIEW BUKU FONOLOGI

Judul               : Fonologi Bahasa Indonesia
Pengarang       : Masnur Muslich

A.       FONOLOGI DAN BIDANG PEMBAHASANNYA
            Objek utama kajian linguistik adalah bahasa lisan, yaitu bahasa dalam bentuk bunyi ujar. Kajian tetntang bunyi ujar diselidiki oleh cabang linguistik yang disebut fonologi. Ada dua cabang fonologi:
1.      Fonetik: memandang bunyi-bunyi ujar sebagai media bahasa saja.
2.  Fonemik: bunyi-bunyi ujar dipandang sebagai bagian dari sistem bahasa sekaligus pembeda makna.

B.       KEDUDUKAN FONOLOGI DALAM CABANG-CABANG LINGUISTIK
a.       Bidang morfologi: menjelaskan mengapa morfem dasar diucapkan secara bervariasi.
b.      Bidang sintaksis: membedakan maksud kalimat dengan intonasi, jeda, dan tekanan pada kalimat.
c.       Bidang semantik: menjelaskan kapan sebuah kata bisa divariasikan ucapannya, dan kapan tidak.
d.      Bidang leksikologi dan leksokografi: mendeskripsikan cara pengucapan yang khas suatu kata dan variasi pengucapannya.
e.       Bidang dialektologi: memberi variasi ucapan pemakaian bahasa.
f.       Bidang linguistik terapan: melatihkan cara-cara pengucapan bahasa-bahasa target kepada pembelajar.
g.      Bidang psikolinguistik: menjelaskan mengapa bunyi-bunyi bilabial dikuasai lebih dahulu daripada bunyi-bunyi laboidental, bunyi lateral dikuasai terlebih dahulu daripada bunyi tril, dan lain-lain.
h.      Bidang klinis: menangani anak atau orang yang mengalami hambatan ketika berbicara atau mendengar.

C.       MANFAAT FONOLOGI DALAM PENYUSUNAN EJAAAN BAHASA
            Ejaan adalah pengaturan penggambaran atau pelambangan bunyi ujar suatu bahasa yang melambangkan dua unsur bunyi, yaitu segmental dan suprasegmental.
a.    Segmental: menyangkut bagaimana menuliskan bunyi-bunyi ujar dalam bentuk kata, frase, klausa, dan kalimat, bagaimana memenggal suku kata, bagaimana menuliskan singkatan, nama orang, dan lambang-lambang teknis keilmuan.
b.    Suprasegmental (tanda baca atau pungtuasi): menyangkut bagaimana melambangkan tekanan, nada, durasi, jeda, dan intonasi.    
D.    FONETIK DAN BIDANG KAJIANNYA
Secara umum, fonetik dapat dibagi menjadi tiga, yakni:
a.         Fonetik fisiologi:  mengkaji tentang penghasilan bunyi-bunyi bahasa berdasarkan fungsi  mekanisme biologis organ tutur manusia.
b.         Fonetik akustis: menguraikan bagaimana suatu bunyi bahasa ditanggapi dan dihasilkan oleh mekanisme pertuturan manusia, bagaimana pergerakan bunyi-bunyi bahasa itu dalam ruang udara, yang seterusnya bisa merangsang proses pendengaran manusia.
c.         Fonetik auditoris atau Fonetik persepsi: Mengkaji respons sistem pendengaran terhadap rangsangan gelombang bunyi yang diterima.
E.       KETIDAKLANCARAN BERUJAR YANG TERKAIT DENGAN KAJIAN FONETIK
                        Istilah “ketidaklancaran berujar” ini diterjemahkan dari “language disordered”  atau ”language disabilities”. Permasalahan tersebut dapat timbul karena kegagapan {stuttering), kelumpuhan saraf otak (cerebral parsied), afasia (aphasia), disleksia (dyslexia), disatria(disathria), belahan langit-langit mulut (cleft palate), rusak pendengaran (hearing impaired), dan lain-lain.


F.     PROSES PEMBENTUKAN BUNYI
                        Sumber energi utama dari pembentukan bunyi adalah arus udara yang mengalir dari/ke paru-paru. Getaran-getaran itu timbul pada pita suara akibat tekanan arus udara yang dibarengi dengan gerakan alat-alat ucap yang sedemikian rupa sehingga menimbulkan perubahan pada rongga udara pada mulut dan/atau hidung.
1.      Arus Udara
Merupakan sumber energi utama yang merupakan hasil kerja alat tubuh atau organ tubuh yang dikendalikan oleh otot tertentu atas perintah saraf-saraf otak.
2.      Pita Suara
Merupakan sumber bunyi yang digetarkan oleh udara yang keluar atau masuk paru-paru.
3.      Alat Ucap
a.       Komponen Supraglotal
Rongga kerongkongan sebagai tabung udara yang akan ikut bergetar jika pita suara menimbulkan getaran pada arus udara yang lewat dari paru-paru. Rongga hidung berfungsi sebagai tabung resonansi. Rongga mulut berguna untuk menghasilkan bunyi ujar yang bervariasi karena adanya bantuan dari lidah, bibir, dan rahang yang mudah digerakkan.
b.      Komponen Laring
Laring dengan kerja pita suara berfungsi sebagai klep yang mengatur arus udara antara paru-paru, mulut, dan hidung. Kinerja pita suara di laringlah yang mengakibatkan penggolongan bunyi bahasa menjadi bunyi bersuara (hidup) dan bunyi tidak bersuara (mati).
c.       Komponen subglotal
Komponen subglotal ini terdiri atas paru-paru kiri dan kanan, saluran bronkial, dan saluran pernapasan (trakea). Fungsi utama komponen ini adalah untuk pernapasan, yaitu mengalirkan udara dari dan ke paru-paru.
G.                 TRANSKRIPSI FONETIS

      Transkripsi fonetis adalah perekaman bunyi dalam bentuk lambang tulis. Lambang yang biasa dipakai adalah lambang bunyi yang ditetapkan oleh The International Phonetic Assosiation (IPA).

REVIEW BUKU SEMANTIK

Judul               : Semantik Teori dan Analisis
Pengarang       : Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A.,
Muhammad Rohmadi, S.S, M. Hum.
Penerbit           : Yuma Pustaka
Terbit               : 2011

A.    Elemen Bahasa
Elemen bahasa terdiri atas dua macam, yakni elemen bentuk dan elemen makna. Bentuk adalah elemen fisik tuturan, sedangkan makna adalah konsep abstrak pengalaman manusia, tetapi bukanlah pengalaman orang per orang.
Bentuk kebahasaan memiliki hubungan dengan konsepdalam pikiran manusia yang disebut makna (sens), dan konsep ini lazimnya berhubungan dengan sesuatu atau hal yang ada di luar bahasa yang disebut referen (referent). Dikatakan lazimnya, karena tidak semua kata yang memiliki makna memiliki referen. Bentuk bahasa berhubungan secara langsung dengan konsep pikiran (makna). Selanjutnya, makna berhubungan langsung dengan referan.
Makna berbeda dengan maksud dan informasi, karena maksud dan informasi bersifat luar bahasa. Maksud adalah elemen luar bahasa yang berasal dari pembicara, sedangkan informasi adalah elemen luar bahasa yang bersumber dari isi tuturan.
B.     Jenis Makna
 Penggolongan makna dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Adapun jenis-jenis makna itu adalah makna leksikal dan makna gramatikal, makna denotatif dan makna konotatif, makna literal dan makna figuratif, serta makna primer dan sekunder.
a.       Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Satuan atau unit semantik terkecil di dalam bahasa disebut leksem. Leksem bersifat abstrak dan menjadi dasar pembentukan kata. Contoh : kata membeli dan pembeli berasal dari leksem yang sama yaitu beli. Makna beli dapat didefinisikan tanpa perlu merangkai dengan unsur yang lain. Inilah yang disebut makna leksikal.Contoh dari makna gramatikal adalah afiks se-, jika dirangkai dengan dunia maka akan memiliki makna seluruh.
b.      Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif adalah makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah kata, sedangkan makna konotatif bukanlah makna sebenarnya.
c.       Makna Literal dan Makna Figuratif
Makna literal adalah makna sebuah bentuk kebahasaan yang belum mengalami perpindahan penerapan kepada referen yang lain. Sedangkan makna figuratif adalah makna bentuk kebahasaan yang menyimpang dari referennya.
d.      Makna Primer dan Makna Sekunder
Makna primer adalah makna satuan kebahasaan yang dapat diidentifikasi tanpa bantuan konteks. Sedangkan makna satuan kebahasaan yang hanya dapat diidentifikasi lewat konteks pemakaian bahasa.
C.    Hubungan Bentuk Dan Makna
Di dalam ilmu makna (semantik), satuan-satuan kebahasaan memiliki hubungan bentuk dan makna dengan satuan kebahasan yang lain. Selain itu, satuan-satuan kebahsaan dimungkinkan memiliki berbagai makna.
a.       Sinonimi
Sinonimi adalah hubungan atau relasi persamaan makna.
b.      Antonimi
Antonimi adalah perlawanan kata.
1.      Antonimi biner adalah perlawanan yang beranggotakan dua buah kata.
2.      Antonimi nonbiner adalah antonimi yang anggota-anggota pasangannya lebih dari dua.
3.      Antonimi bergradasi adalah perlawanan yang berjenjang atau bertingkat.
4.      Antonimi tak bergradasi adalah perlawanan yang tak bertingkat atau tak berjenjang.
5.      Antonimi orthogonal adalah perlawanan yang oposisinya tidak bersifat diametrik.
6.      Antonimi antipodal adalah perlawanan makna yang oposisinya bersifat diametrik.
7.      Antonimi direksional adalah perlawanan makna yang oposisinya ditentukan berdasarkan gerak menjauhi dan mendekati suatu tempat.
8.      Antonimi relasional adalah perlawanan yang oposisinya bersifat kebalikan.

c.       Polisemi
Polisemi adalah sebuah bentuk kebahasaan yang memiliki berbagai macam makna. Munculnya polisemi didasari beberapa faktor yaitu :
1.      Pergeseran pemakaian.
2.      Spesialisasi dalam lingkungan sosial.
3.      Bahasa figuratif.
4.      Penafsiran kembali pasangan berhomonim.
5.      Pengaruh bahasa asing.
d.      Homonimi
Homonimi adalah dua kata atau lebih yang secara kebetulan memiliki pola bunyi yang sama. Sebab terjadinya hominimi adalah adanya proses afiksasi, masuknya kata-kata baru ke dalam kosakata bahasa Indonesia, adanya proses penyingkatan dan pengakroniman, dan adanya berbagai gejala bahasa.
e.       Hiponimi
Hiponimi adalah hubungan semantik antara makna spesifik  dan makna generik, atau antara anggota taksonomi dengan nama taksonomi.
f.       Metonimia
Sebuah kata memiliki hubuungan asosiatif dengan kata lain. Ada pun hubungan tersebut antara lainadalah hubungan spasial, temporal, logikal, sebagian-keseluruhan.

D.    Perubahan Makna

Elemen bahasa yang mudah berubah disebut bersifat terbuka, sedangkan yang sukar diubah disebut bersifat tertutup. Secara sederhana, perubahan makna kata di dalam suatu bahasa dapat dibedakan menjadi empat jenis, yakni perubahan meluas, perubahan menyempit, perubahan makna membaik, dan perubahan makna memburuk.

REVIEW BUKU LINGUISTIK

Judul buku                              : Linguistik Bandingan Historis
Penulis                                     : Gorys Keraf
Penerbit                                   : Gramedia
Tanggal Terbit                         : 2007

Sejarah linguistik sudah dimulai sejak masa homonoid yang memberi peluang bagi hadirnya hominid awal. Ada banyak teori yang menjelaskan mengenai timbulnya bahasa umat manusia zaman dahulu kala, teori tersebut antara lain: teori tekanan sosial, teori onomatopetik atau ekoik, teori interyeksi, teori nativistik atau tipe fonetik, teori yo-he-ho, teori isyarat, teori permainan vokal, teori isyarat oral, teori kontrol sosial, teori kontak, dan teori hockett-ascher.
Dalam sejarah perkembangan ilmu bahasa yang telah dijelaskan dalam buku ini dimulai dari abad XIX sampai awal abad XX, sejarah perkembangan bahasa ini terbagi menjadi 4 periode yaitu: periode I (1830-1860), periode II (1861-1880), periode III (1880-akhir abad XIX), periode IV (awal abad XX). Dalam setiap bahasa di dunia memiliki kesamaan antara bentuk-makna dari morfem leksikal dan diperkuat dengan kesamaan gramatikal. Perlu diketahui bahwa pertalian fonetis saja belum tentu mengandung kemiripan makna atau kemiripan fonetis dan makna belum tentu membuktikan bahwa kedua bentuk itu berasal dari suatu bentuk proto yang sama.
Ada metode-metode yang diterima pada abad XIX yang kemudian dikenal dengan nama metode klasik, beberapa hal yang termasuk dalam metode ini yaitu:
1.    Metode perbandingan
Dalam Linguistik Historis mempersoalkan tentang kata-kata kerabat, yaitu kata-kata yang dianggap dimiliki bersama oleh bahasa-bahasa kerabat karena diwariskan bersama dari bahasa protonya. Di dalam metode perbandingan terdapat suatu hal yang sangat terkait yang disebut dengan hukum bunyi. Hukum bunyi itu sendiri merupakan teknik penetapan korespondinsi fonemis antara bahasa-bahasa kerabat yang mulai dikembangkan oleh para ahli tata bahasa pada abad XIX.
2.    Metode rekonstruksi
Metode rekonstruksi ini digunakan untuk mengembangkan metode baru untuk mengadakan pemulihan baik fonem maupun morfem purba(proto), yang dianggap pernah ada dalam bahasa-bahasa purba, yang tidak memiliki naskah tertulis. Proses rekonstruksi itu diadakan dengan mempergunakan prinsip-prinsip tertentu, yaitu: kesederhanaan, penghematan, dan tidak ada faktor yang mengganggu evolusi itu dan evolusi itu berada dalam situasi isolasi yang kuat.
3.    Metode pengelompokan
Pengelompokan sendiri termasuk salah satu tujuan lain dari Linguistik Historis. Dalam pengelompokan ini terdapat 4 metode yang digunakan yaitu: metode pemeriksaan, metode kosa kata dasar, inovasi, leksikostatistik. Namun dalam mengadakan pengelompokan menggunakan kosa kata dasar, tidak boleh diadakan perbandingan secara etimologis atau terlalu bersifat etimologis.
Dalam cabang ilmu bahasa yang khusus mempelajari variasi bahasa dalam segala aspek yaitu dialektologi. Dialektologi masih dapat dibagi menjadi dua sub cabang yaitu geografi dialek dan sosiolinguistik.
Ø Sosiolinguistik: mempelajari variasi bahasa berdasarkan pola-pola kemasyarakatan

Ø Geografi dialek : mempelajari variasi bahasa berasarkan perbedaan lokal dalam suatu wilayah bahasa

REVIEW BUKU FONOLOGI BAHASA INDONESIA

Judul               : Fonologi Bahasa Indonesia
Pengarang       : Abdul Chaer
Penerbit           : Rineka Cipta

A.    Fonologi
            Secara etimologi kata fonologi berasal dari gabungan kata fon yang berarti ‘bunyi’, dan logi yang berarti ‘ilmu’, sebagai sebuah ilmu, fonologi lazim diartikan sebagai  bagian dari linguistik yang mempelajari, membahas, membicarakan, dan menganalisis bunyi-bunyi bahasa yang diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Objek kajian linguistik adalah bunyi-bunyi bhasa yang dihasilkan oleh alat ucap atau alat bicara manusia. Menurut hierarki satuan bunyi yang menjadi objek studinya, fonologi dibedakan menjadi fonetik dan fonemik. Secara umum fonetik biasa dijelaskan sebagai cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa tanpa memperhatikan apakah bunyi-bunyi tersebut mempunyai fungsi sebagai pembeda makna atau tidak. Sedangkan fonemik adalah cabang studi fonologi yang mempelajari bunyi bahasa dengan memperhatikan fungsi bunyi tersebut sebagai pembeda makna.
Yang dikaji fonologi ialah bunyi-bunyi bahasa sebagai satuan terkecil dari ujaran beserta dengan “gabungan” antarbunyi yang membentuk silabel atau suku kata. Silabel atau suku kata adalah satuan ritmis terkecil dalam suatu arus ujaran. Silabel sebagai satuan ritmis terkecil mempunyai puncak kenyaringan (sonoritas) yang biasanya jatuh pada sebuah bunyi vocal.
 Satu tingkat diatas satuan silabel ialah morfem yang menjadi objek kajian morfologi. Bedanya, silabel tidak memiliki makna, maka morfem mempunyai makna. Diatas satuan morfologi ada satuan ujar yang disebut kata, frasa, dan kalimat yang menjadi objek kajian sintaksis. Di luar kajian struktur internal bahasa, ada bidang kajian linguistik yang lain, yaitu semantic, leksikografi,, sosiolinguistik, psikolinguistik, dan dialektologi.



B.     Fonetik
Fonetik dibedakan menjadi 3, yaitu fonetik artikulateris, fonetik akustik, dan fonettik auditoris. Fonetik artikulatoris disebut juga fonetik organis atau fonetik fisiologis meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu diproduksi oleh alat-alat ucap manusia. Fonetik akustik, yang objek kajiannya adalah bunyi bahasa ketika merambat di udara. Sedangkan fonetik auditori meneliti bagaimana bunyi-bunyi bahasa itu “diterima” oleh telinga, sehingga bunyi-bunyi itu didengar dan dapat dipahami. Dari ketiga jenis fonetik itu, yang paling berkaitan dengan ilmu linguistik adalah fonetik artikulatoris, karena fonetik ini berkenaan dengan masalah bagaiman bunyi bahasa itu diproduksi atau dihasilkan.
Selanjutnya akan dijelaskan mengenai transkripsi fonetik. Yang dimaksud transkripsi fonetik adalah penulisan bunyi –bunyi bahasa secara akurat atau secara tepat dengan menggunakan huruf atau tulisan fonetik. Pada dasarnya dalam kajian fonetik, satu hruf hanya digunakan untuk satu bunyi; atau satu bunyi dilambangkan dengan satu huruf. Tidak ada penggunaan satu huruf untuk dua bunyi yang berbeda; juga tidak ada penggunaan dua huruf yang berbeda untuk satu bunyi. Dalam kajian linguistik internasional dikenal adanya abjad fonetik yaitu The Internasional Phonetic Alphabet (disingkat IPA). Adanya usaha untuk membuat atau menyusun abjad fonetik oleh sejumlah pakar adalah antara lain, karena abjad IPA itu belum lengkap.

Kemudian akan menjelaskan mengenai alat ucap. Secara linguistik alat-alat itu digunakan untuk menghasilkan bunyi-bunyi bahasa sewaktu berujar. Nama alat-alat ucap atau alat-alat yang terlibat dalam produksi bunyi bahasa adalah sebagai berikut (dimulai dari dalam) : paru-paru (lung); batang tenggorokan (trachea); pangkal tenggorokan (laring); pita suara (vocal cord); krikoid (cricoids); tiroid (thyroid); arutenoid (arythenoid); dinding rongga kerongkongan (wall of pharynx); epiglotis (epiglotis); akar lidah (root of the tongue, dorsum); tengah lidah (middle of the tongue, medium); daun lidah (blade of the tongue, laminum); ujung lidah (tip of the tongue, apex); anak tekak (uvula); langit-langit lunak (soft plate, velum); langit-langit keras (hard plate, palate,); gusi, ceruk gigi (alveolum); gigi atas (upper teeth, dentum); gigi bawah (lower teeth, dentum); bibir ata (upper lip, labium); bibir bawah (lower lip, labium); mulut (mouth); rongga mulut (oral cavity); rongga hidung (nasal cavity). Nama-nama latin alat ucap itu perlu diperhatikan.
 

AVKPEAS Template by Ipietoon Cute Blog Design and Bukit Gambang